5 Intervensi Fisioterapi untuk Pasien Koma (Untuk pencegahan kontraktur)

5 Intervensi Fisioterapi untuk Pasien Koma (Untuk pencegahan kontraktur)

FISIOFIT.ID - Apakah kita bisa membiarkan orang yang kita sayangi terbaring tanpa upaya perlindungan maksimal terhadap kesehatan dan fungsi tubuhnya di masa depan?

Jawabannya jelas: Tentu saja tidak.

Momen ketika seseorang berada dalam kondisi koma memang menjadi masa yang sangat menguras emosi dan mental.

Namun, justru pada masa inilah intervensi fisik menjadi sangat krusial. Perawatan kritis tidak hanya melibatkan mesin pendukung kehidupan.


Perawatan komprehensif juga membutuhkan perhatian penuh terhadap integritas muskuloskeletal. Fisioterapi memainkan peran vital.

Fisioterapi bertindak sebagai penjaga fungsi anggota gerak.

Tujuan utama kita adalah memastikan bahwa ketika pasien mulai sadar, tubuh mereka siap untuk memulai proses rehabilitasi, bebas dari kekakuan yang menghambat, terutama mencegah kondisi serius yang kita kenal sebagai kontraktur.

Baca juga: Tips Latihan Fisioterapi Lainnya.

Mengapa Kontraktur Menjadi Ancaman Nyata pada Pasien Koma?

Koma seringkali identik dengan imobilisasi total dan berkepanjangan.

Kondisi imobilisasi ini menciptakan lingkungan yang sangat ideal bagi perkembangan kontraktur.

Kontraktur merupakan salah satu komplikasi fisik paling umum dan paling menghambat pemulihan jangka panjang pada pasien yang tidak sadar.

Definisi Kontraktur dan Dampaknya

Kontraktur terjadi saat jaringan lunak di sekitar sendi—seperti otot, tendon, atau ligamen—memendek dan mengencang.

Pemendekan ini menyebabkan sendi menjadi kaku secara permanen. Kontraktur mengunci sendi dalam posisi tertentu.

Bayangkan pergelangan tangan yang kaku dan tidak bisa diluruskan, atau lutut yang menekuk dan sulit digerakkan.

Dampak dari kontraktur sangat serius. Kontraktur mempersulit, bahkan mustahil, melakukan aktivitas sehari-hari di kemudian hari.

Kontraktur menimbulkan rasa sakit. Kontraktur menambah beban perawatan bagi caregiver.

Kita harus mengingat bahwa mencegah selalu jauh lebih mudah daripada mengobati kontraktur yang sudah terbentuk.

Kontraktur dapat terbentuk hanya dalam waktu 4 hari sejak imobilisasi dimulai, menjadikannya masalah yang sangat mendesak.

Risiko Khusus pada Imobilisasi Total

Pasien koma tidak memiliki kontrol otot sukarela. Pasien juga sering menunjukkan postur abnormal, seperti postur dekortikasi atau deserebrasi.

Postur-postur ini secara alami memposisikan sendi dalam posisi fleksi (menekuk) atau ekstensi yang ekstrim.

Otot-otot berada dalam ketegangan konstan atau sangat rileks. Keduanya mendorong pemendekan jaringan ikat.

Tanpa adanya gerakan aktif normal, cairan sendi tidak terdistribusi dengan baik. Jaringan mulai menempel, menimbulkan fibrosis, dan pada akhirnya, kontraktur muncul.

Fisioterapi berperan aktif untuk secara manual melawan proses degradatif ini.

Pilar Utama: 5 Intervensi Fisioterapi Esensial

Intervensi fisioterapi harus segera dimulai, bahkan dalam 24 hingga 48 jam pertama setelah pasien stabil di ICU.

Lima intervensi berikut merupakan inti dari program pencegahan kontraktur yang efektif.

1. Latihan Gerak Pasif (Passive Range of Motion/PROM)

Latihan Gerak Pasif (PROM) adalah landasan utama dalam penanganan pencegahan kontraktur.

PROM melibatkan fisioterapis atau caregiver yang memindahkan sendi pasien melalui seluruh jangkauan gerak normalnya.

Pasien tidak menggunakan otot mereka sama sekali.

Fokus Pelaksanaan:

  • Seluruh Sendi Utama: Lakukan PROM pada semua sendi, dari bahu, siku, pergelangan tangan, jari-jari, pinggul, lutut, hingga pergelangan kaki dan jari kaki.
  • Gerakan Lembut dan Penuh: Pastikan setiap gerakan dilakukan secara perlahan dan lembut. Dorong sendi sampai batas akhir gerak, namun hindari menimbulkan rasa sakit atau resistensi kuat.
  • Frekuensi Tinggi: Lakukan sesi PROM minimal 2-3 kali sehari untuk setiap sendi. Kekonsistenan menjadi kunci sukses.
  • Stimulasi Sendi: Gerakan ini mempertahankan elastisitas jaringan. Gerakan juga melumasi sendi dengan cairan sinovial.

2. Pengaturan Posisi (Positioning) yang Tepat dan Berkala

Kontraktur paling sering terjadi pada sendi yang dibiarkan dalam posisi yang sama untuk waktu lama.

Pengaturan posisi yang benar merupakan tindakan pencegahan yang sangat efektif.

Fokus Pelaksanaan:

  • Perubahan Posisi Berkala: Ganti posisi pasien (misalnya, telentang ke miring kiri, lalu miring kanan) minimal setiap 2 jam. Tindakan ini meredistribusi tekanan pada kulit. Tindakan ini juga memastikan sendi-sendi utama tidak berada dalam satu posisi fleksi atau ekstensi yang sama terlalu lama.
Posisi Netral Fungsional: Gunakan bantal, gulungan handuk, atau wedge* untuk mempertahankan sendi dalam posisi netral dan fungsional. Contoh:* Letakkan bantal di bawah lengan saat pasien telentang untuk mencegah bahu tertarik ke belakang. Contoh: Gunakan footboard atau bantal tebal di kaki tempat tidur untuk menjaga pergelangan kaki dalam posisi netral (mencegah foot drop*).
  • Peregangan dengan Posisi: Posisi miring memberikan peregangan lembut alami pada sisi tubuh yang berada di atas. Manfaatkan posisi ini sebagai bagian dari intervensi pasif.

3. Splinting dan Alat Bantu Ortotik (Orthotic Devices)

Ketika risiko kontraktur sangat tinggi, terutama pada tangan dan pergelangan kaki, penggunaan splint atau alat ortotik menjadi intervensi yang penting.

Splint mempertahankan sendi dalam posisi fungsional selama periode istirahat.

Fokus Pelaksanaan:

Tangan dan Pergelangan Tangan: Gunakan resting hand splint* untuk mencegah tangan menggenggam erat (kontraktur fleksi jari) dan menjaga pergelangan tangan dalam posisi netral.

Pergelangan Kaki (Ankle-Foot Orthosis/AFO): Gunakan AFO atau boots khusus untuk menjaga pergelangan kaki pada sudut 90 derajat. Tindakan ini sangat efektif mencegah kontraktur plantar fleksi (yang menyebabkan foot drop*).

Jadwal Penggunaan: Jangan biarkan splint terpasang 24 jam sehari. Lepaskan splint* secara teratur (misalnya, setiap 2 jam) untuk sesi PROM. Tindakan ini menjaga sirkulasi darah tetap lancar dan memberikan waktu kulit untuk bernapas.

4. Terapi Kompresi (Compression Therapy) dan Massage

Edema atau pembengkakan sering menyertai imobilisasi dan kondisi kritis.

Pembengkakan dapat meningkatkan risiko pembentukan jaringan parut.

Pembengkakan juga mempercepat kontraktur. Terapi kompresi dan pijatan ringan membantu mengatasi masalah ini.

Fokus Pelaksanaan:

Mengelola Edema: Gunakan stoking kompresi atau perban elastis (ACE wrap*) untuk mengontrol pembengkakan, terutama pada kaki dan tangan. Penurunan edema meringankan tekanan pada sendi.

  • Pijatan (Massage) Ringan: Lakukan pijatan lembut pada otot-otot besar yang berada di sekitar sendi. Pijatan meningkatkan sirkulasi lokal. Pijatan juga membantu menjaga elastisitas otot. Pijatan tidak hanya bersifat fisik. Sentuhan ini memberikan stimulasi taktil yang penting.

5. Stimulasi Sensorik Ringan dan Taktil

Meskipun fokusnya adalah pencegahan kontraktur, menyentuh dan memindahkan pasien juga memiliki tujuan neurologis.

Sentuhan fisik adalah cara penting untuk menstimulasi pasien koma.

Fokus Pelaksanaan:

Sentuhan yang Berarti: Saat melakukan PROM atau massage*, berbicara kepada pasien menggunakan suara yang tenang dan akrab. Sentuhan Anda mengirimkan sinyal ke otak pasien.

  • Gerakan yang Bertujuan: Pastikan semua gerakan Anda (PROM, perubahan posisi) dilakukan dengan tujuan terapeutik yang jelas. Stimulasi proprioseptif melalui gerakan sendi membantu mempertahankan koneksi neurologis.
  • Penggunaan Tekstur: Meskipun bukan intervensi kontraktur utama, memaparkan kulit pasien pada tekstur yang berbeda (misalnya, saat mengeringkan atau memandikan) merupakan bentuk stimulasi taktil tambahan.

Prinsip Pelaksanaan Fisioterapi yang Aman dan Efektif

Fisioterapi untuk pasien koma harus selalu dilakukan dengan standar keamanan tertinggi.

Kita berurusan dengan individu yang memiliki kondisi medis yang rentan.

Koordinasi Tim Medis

Fisioterapis tidak bekerja sendirian. Selalu berkoordinasi erat dengan dokter, perawat ICU, dan terapis wicara.

Pastikan intervensi fisik Anda tidak mengganggu alat bantu hidup pasien (seperti ventilator, infus, atau kateter).

Pastikan juga Anda memahami batasan gerak apa pun yang diberikan oleh tim medis (misalnya, jika ada fraktur atau operasi baru-baru ini).

Observasi Tanda-tanda Vital

Selalu perhatikan respons pasien selama intervensi.

Meskipun pasien tidak sadar, perubahan detak jantung, pola napas, atau tekanan darah dapat mengindikasikan bahwa intervensi Anda terlalu kuat atau menyebabkan stres.

Segera hentikan atau modifikasi latihan jika terjadi perubahan tanda-tanda vital yang signifikan.

Kesimpulan

Peran fisioterapi dalam perawatan pasien koma sungguh tak tergantikan.

Fisioterapi melindungi aset terpenting pasien: kemampuan tubuh untuk bergerak di masa depan.

Dengan mengimplementasikan 5 intervensi esensial—Latihan Gerak Pasif yang konsisten, Pengaturan Posisi yang cermat, penggunaan Splint yang tepat, Terapi Kompresi yang bijak, dan Sentuhan Stimulasi—kita secara aktif mencegah kontraktur.

Tindakan ini adalah investasi dalam kualitas hidup pasien pasca-koma.

Ingatlah, setiap gerakan kecil yang Anda berikan hari ini membuka pintu lebar bagi peluang pemulihan dan kemandirian mereka di masa depan.

Berikan perawatan aktif dan penuh harapan bagi orang yang Anda cintai.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama